Dinamika Suporter di indonesia memang tidak ada habisnya untuk dibahas, terakhir adalah adanya upaya mediasi antara dua kelompok suporter yang berseteru Viking dan The Jak Mania yang dijembatani oleh masing-masing pemimpin daerah. Selain itu Perdamaian antara Bonek dan Paoepati disusul oleh Viking dan Pasoepati menjadi dua berita yang menghiasi dunia suporter Indonesia pada medio Tahun 2011.
Tak diragukan lagi suporter adalah pemain ke-12 yang menjadi bumbu di setiap pertandingan, spirit suporter kadang menginspirasi setiap pemain di lapangan untuk menunjukan permainan terbaiknya, dan tak kurang teror penontonpun terkadang bisa meruntuhkan mental lawan ketika bertanding di lapangan hijau. Dengan kata lain perseteruan hanya berlaku ketika kedua klub rival bertanding di dalam lapangan, sehingga muncul pertanyaan mengapa perseteruan mereka terkadang berlanjut hingga ke luar lapangan????
Mari kita lihat akar permasalahannya, di Eropa ada beberapa kasus perseteruan suporter yang terjadi karena adanya akar konflik rumit yang memang sulit untuk dipersatukan, kita ambil contoh konfik antara pendukung Glasgow Rangers dan Glasgow Celtic yang berakar dari konflik sektarian agama, ada pula perseteruan antara Red Star Belgrade dan Partizan Belgrade yang bermuatan Politis, serta konfik dua idealisme komunis dan fasis yang diwakili oleh Livorno dan Lazio. secara nalar memang sulit mendamaikan konflik di atas, karena muatan yang timbul memang sudah jauh dari masalah sepakbola.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia?? Apakah mungkin Perdamaian bisa Terwujud??? melihat akar konflik suporter di indonesia sangat tidak masuk akal apabila ada pihak yang menyebutkan konflik ini adalah konflik klasik yang tidak mungkin bisa didamaikan. Selain itu apabila dikaitkan dengan spirit kedaerahan yang muncul sehingga konflik tersebut terjadi, hal itu sangatlah tidak logis, Karena kita bukan negara federal yang memiliki sistem pemerintahan yang berbaeda antara satu provinsi dengan provinsi lainnya. sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk memonjolkan ego kedaerahan diantara suporter karena kita adalah negara kesatuan yang berdaulat.
Hal tersebut harus menjadi spirit bagi kita semua untuk menghentikan perseteruan suporter yang terjadi, karena fanatisme sempit tersebut ternyata berujung pada tindak kriminalitas yang tidak diinginkan, dan kita tidak berharap ada korban yang kembali muncul dari perseteruan ini.
“Dukung Tim Anda, Tinggalkan Ego, Bersatulah demi Prestasi Sepakbola Kita”
@chaeruman SN | Kompasiana
Kalo suporter semua damai, menonton pertandingan bola pun jadi lebih tenang..
ReplyDeletebetul om triadi c laksono :D
ReplyDeleteIjin Aku shere yh :)
ReplyDelete